A.
Pengertian Pengambilan Keputusan
Setiap
pemimpin pasti bertanggung jawab terhadap masa depan organisasinya. Untuk itu
tujuan yang telah ditetapkan harus dapat tercapai dengan berbagai aktivitas dan
kebijakan. Salah satu yang harus dilakukan pemimpin dalam rangka pencapaian
tujuan organisasi adalah pengambilan keputusan.
Untuk
memberikan pemahaman tentang pengambilan keputusan, terlebih dahulu dikemukakan
pengertian pengambilan keputusan. Menurut Robins dalam Mesiono pengambilan
keputusan adalah : “decision making is a process in which one choose between
two or more alternatives”. Pendapat ini menegaskan bahwa pengambilan
keputusan sebagai proses memilih satu pilihan di antara dua atau lebih
alternatif. Pengambilan keputusan adalah menetapkan pilihan atau alternatif
secara nalar dan menghindari diri dari pilihan yang tidak rasional, tanpa
alasan atau data yang kurang akurat. Davis dalam buku yang sama, mengemukakan
suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.
Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan: tentang apa yang seharusnya
dilakukan dan apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan.
Menurut
Mc. Farland decision : “a decision is anact of choice where in an executive
froms a conclusion about what must or must not be done in a given situation”.
(Keputusan adalah suatu tindakan pemilihan di mana pimpinan menentukan suatu
kesimpulan tentang apa yang harus atau tidak harus dilakukan dalam situasi yang
tertentu). Selain itu juga dapat dipahami bahwa pengambilan keputusan itu tidak
terlepas dari upaya memilih alternatif-alternatif yang tepat untuk situasi
tertentu dengan langkah-langkah tertentu pula.
B.
Sifat Dasar Pengambilan Keputusan
Dalam
situasi atau manajemen tertentu, suatu keputusan harus mendahului suatu atau
semua pekerjaan. Dengan kata lain, rangkaian pengambilan keputusan merupakan
pekerjaan yang pertama dan paling awal dari sebuah pelaksanaan pekerjaan suatu
organisasi, kelompok, unit atau individu. Bagaimana pun sebuah pekerjaan dalam
pelaksanaannya diawali dari keputusan. Dalam hal ini keputusanlah yang akan
menentukan corak masa depan suatu organisasi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa keputusan akan tetap menjadi sebuah tindakan yang mendahului pelaksanaan
pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak semua kegiatan dan akan menentukan
masa depan organisasi, baik berupa kemajuan, pengembangan atau mungkin saja
kemunduran atau bangkrut akibat salah dalam mengambil keputusan. Meskipun penuh
ketidakpastian, sebuah keputusan dibuat justru bersifat masa depan dan menjadi
panduan dalam menentukan tindakan manajemen dan organisasi. Dengan begitu,
jelaslah bahwa pengambilan keputusan merupakan hal yang penting untuk dilakukan
dalam hubungannya dengan organisasi. Dalam menentukan alternatif untuk menjadi
sebuah keputusan dibutuhkan pertimbangan-pertimbangan sebelum jatuh pada sebuah
keputusan. Pada kondisi inilah dibutuhkan ketajaman analisis terhadap
masalah-masalah yang dihadapi. Sehingga pengambilan keputusan itu memberikan
keuntungan-keuntungan dengan kemampuannya dalam memilih dan menetapkan
alternatif.
Salah
satu tolak ukur utama yang biasa digunakan untuk mengukur efektivitas
kepemimpinan seseorang yang menduduki jabatan pimpinan dalam dalam suatu
organisasi ialah kemampuan dan kemahirannya mengambil keputusan. Sondang P.
Siagian mengemukakan bahwa suatu keputusan dapat dikatakan sebagai keputusan
yang baik apabila memenuhi empat persyaratan, yaitu rasionalis, logis,
realistis, dan pragmatis. Pengalaman dan penelitian menunjukkan bahwa
efektivitas demikian hanya mungkin dicapai apabila seorang pengambil keputusan
mampu menggabungkan secara tepat tiga jenis pendekatan. Pertama, pendekatan
yang didasarkan pada teori dan asas-asas ilmiah yang telah dikembangkan oleh
para teoritisi yang mendalami proses pengambilan keputusan. Kedua, pendekatan
yang memanfaatkan kemampuan berpikir kreatif, inovatif,, dan intuitif disertai
keterlibatan emosional. Ketiga, kemampuan belajar dari pengalaman mengambil
keputusan di masa lalu, baik karena keberhasilan maupun karena kegagalan.
Banyak
definisi mengenai pengambilan keputusan dalam organisasi. Winardi dalam
Susmaini dan Rifa’i mengemukakan bahwa secara sederhana pengambilan keputusan
adalah adanya kemungkinan pilihan antara dua macam tindakan alternatif.
Ivancevic dan Matteson dalam buku yang sama, menyebutkan ada dua jenis
keputusan, yaitu :
1. Keputusan
terpogram, yaitu jika pada situasi tertentu ada prosedur rutin yang biasanya
bekerja dalam memecahkan masalah. Maka keputusan terpogram adalah untuk
memperluas kemampuan organisasi dalam memecahkan masalah dengan adanya
informasi yang mencukupi.
2. Keputusan
tidak terprogram, yaitu bila tidak ada cerita atau informasi tidak terstruktur.
Tidak ada prosedur yang tersusun bagi menangani masalah, juga sebab tidak ada
secara benar-benar sama masalah sebelumnya sehingga sangat rumit dan penting
sekali.
Keputusan
terprogram secara sederhana dapat dikatakan, tindakan menjatuhkan pilihan yang
berlangsung berulang kali, dan diambil secara rutin dalam organisasi. Keputusan
terprogram biasanya menyangkut pemecahan masalah-masalah yang sifatnya teknis
serta tidak memerlukan pengarahan dari tingkat manajemen yang lebih tinggi.
Karena masalah yang hendak dipecahkan bersifat teknis, biasanya prosedur dan
langkah-langkah yang perlu ditempuh telah dituangkan dalam buku pedoman, yang
biasanya terdapat dalam organisasi yang dikelola secara rapi. Berbeda dengan
keputusan terpogram, keputusan tidak terprogram biasanya diambil dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang baru yang belum pernah dialami sebelumnya,
tidak bersifat repetitif, tidak terstruktur, dan sukar mengenali bentuk,
hakikat dan dampaknya. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan tidak
terpogram biasanya tidak teknis sifatnya. Artinya tidak menyangkut hal-hal yang
sifatnya operasional. Akan tetapi menyangkut kebijaksanaan organisasi dengan
dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi yang bersangkutan.
Sering
kurang disadari bahwa tugas utama dari seorang pemimpin adalah mengambil
keputusan. Segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi sebaiknya merupakan
keputusan bersama yang diputuskan oleh pemimpin, bukan karena terjadi secara
kebetulan. Dengan pengambilan keputusan yang tepat, segala pendadakan yang
mungkin terjadi dapat dihindarkan atau dikurangi. Keputusan yang diambil oleh
berbagai eselon pemimpin dalam organisasi tentu mempunyai bobot yang
berbeda-beda. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, semakin
besar kualitas keputusan yang diambilnya meskipun bobot keputusan tersebut
sering bersifat umum. Setiap keputusan yang diambil, baik di tingkat manajemen
puncak, tengah, maupun bawah memiliki beberapa syarat berikut:
1. Keputusan
yang diambil harus mempermudah dan mempercepat pencapaian tujuan.
2. Keputusan
harus tepat sehingga mampu memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh
organisasi.
3. Keputusan
harus cepat diambil untuk memanfaatkan kesempatan-kesempatan terbaik yang
terbuka untuk organisasi.
4. Keputusan
harus praktis, dalam arti dapat dilakukan sesuai dengan kekuatan-kekuatan yang
dimiliki organisasi.
5. Keputusan
harus regional, dalam arti dapat diterima oleh akal sehat dari para pelaksana.
C.
Dasar Pengambilan Keputusan
1. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan
yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu
mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat subjektif
dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1) Pengambilan keputusan oleh satu pihak
sehingga mudah untuk memutuskan.
2) Keputusan intuitif lebih tepat
untuk masalah-masalah yang bersifat kemanusiaan.
Pengambilan
keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang singkat Untuk
masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya pengambilan keputusan
yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan. Akan tetapi, pengambilan
keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan mencari pembandingnya,
dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan keputusan
intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang
lain sering diabaikan.
2. Pengambilan
Keputusan Rasional
Keputusan
yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan
yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Dalam
masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan optimal
masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di akui
saat itu.
3. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada
yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan didukung oleh sejumlah
fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu dikaitkan dengan istilah
data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah dikelompokkan secara sistematis
dinamakan data. Sedangkan informasi adalah hasil pengolahan dari data. Dengan
demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian
dijadikan dasar pengambilan keputusan. Keputusan yang berdasarkan sejumlah
fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang baik
dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering
kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan mengingat-ingat apakah
kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Pengingatan semacam itu biasanya
ditelusuri melalui arsip-arsip pengambilan keputusan yang berupa dokumentasi
pengalaman-pengalaman masa lampau. Jika ternyata permasalahan tersebut pernah
terjadi sebelumnya, maka pimpinan tinggal melihat apakah permasalahan tersebut
sama atau tidak dengan situasi dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian
dapat menerapkan cara yang sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam
menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat
bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa yang
menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat
membantu dalam memudahkan pemecahan masalah.
5. Pengambilan
Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak
sekali keputusan yang diambil karena wewenang(authority) yang
dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan demi
tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien. Keputusan yang
berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan-keuntungan
tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh bawahan, memiliki otentisitas
(otentik), dan juga karena didasari wewenang yang resmi maka akan lebih
permanent sifatnya. Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial. Keputusan
berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau kurang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ernie
T. S. dan Kurniawan S., Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana,
2010.
Susmaini
dan Muhammad Rifa’i, Teori Manajemen Menuju Efektivitas Pengelolaan
Organisasi,
Bandung:
Citapustaka Media, 2007.
Mesiono, Manajemen
Organisasi, Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012.
Sondang P.
Siagian, Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan¸ Jakarta: Toko
Gunung Agung, 1987.
Khaerul
Umam, Manajemen Organisasi, Bandung: Pustaka Setia,
2012.
Veithzal Rivai dan
Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
No comments:
Post a Comment