Nanggroe Aceh
Darussalam
1.
Sejarah
Pada
zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam, Aceh
merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Menurut seorang penjelajah
asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman tersebut,
kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau hingga Perak.
Kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di dunia
Barat pada abad ke-16, termasuk Inggris, Ottoman,
dan Belanda.
Kesultanan
Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16,
pertama dengan Portugal, lalu sejak abad ke-18 denganBritania
Raya (Inggris) dan Belanda. Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa
menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau
Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya.
Pada
tahun 1824, Persetujuan Britania-Belanda ditandatangani, di mana
Britania menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda. Pihak Britania
mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka, meskipun hal ini tidak benar. Pada
tahun 1871, Britania membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh, kemungkinan untuk
mencegah Perancis dari mendapatkan kekuasaan di kawasan tersebut.
Aceh yang
sebelumnya pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa
Aceh (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009) adalah
provinsi paling barat di Indonesia. Aceh memiliki otonomi yang diatur
tersendiri, berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, karena alasan
sejarah. Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah
utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di
sebelah timur, danSumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.
Ibu
kota Aceh ialah Banda Aceh. Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya,
Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh merupakan
kawasan yang paling buruk dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004.
Beberapa tempat di pesisir pantai musnah sama sekali. Yang terberat
adalah Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh
Barat, Singkil dan Simeulue.
Aceh
mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyak bumi dan gas alam.
Sumber alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur. Aceh juga
terkenal dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit
Barisan, dari Kutacane, Aceh Tenggara, Seulawah, Aceh
Besar, sampai Ulu Masen di Aceh Jaya. Sebuah taman nasional,
yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) juga terdapat di Aceh
Tenggara.
2.
Bahasa
Provinsi
Aceh memiliki 13 buah bahasa asli yaitu bahasa Aceh, Gayo, Aneuk
Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Kluet, Devayan, Sigulai,Pakpak, Haloban, Lekon
dan Nias.
3.
Agama
Sebagian
besar penduduk di Aceh menganut agama Islam. Dari ke 13 suku asli yang ada
di Aceh hanya suku Nias yang tidak semuanya memeluk agama Islam.Agama lain
yang dianut oleh penduduk di Aceh adalah agama Kristen yang dianut
oleh pendatang suku Batak dan sebagian warga Tionghoa yang kebanyakan
bersuku Hakka. Sedangkan sebagian lainnya tetap menganut agama
Konghucu.Selain itu provinsi Aceh memiliki keistimewaan dibandingkan dengan
provinsi yang lain, karena di provinsi ini Syariat Islam diberlakukan
kepada sebagian besar warganya yang menganut agama Islam.
4.
Pola Hidup & Golongan
Masyarakat Aceh
Bentuk
kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang
dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah
meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari
beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu
para panglima yang berjasa kepada sultan.Kehidupan sosial dan keagamaan di
setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum
meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).
Sedangkan
Golongan Masyarakat aceh, pada masa lalu masyarakat Aceh mengenal beberapa
lapisan sosial. Di antaranya ada empat golongan masyarakat, yaitu golongan
keluarga sultan, golongan uleebalang, golongan ulama, dan golongan rakyat
biasa. Golongan keluarga sultan merupakan keturunan bekas sultan-sultan yang
pernah berkuasa. Panggilan yang lazim untuk keturunan sultan ini adalah ampon
untuk laki-laki, dan cut untuk perempuan. Golongan uleebalang adalah
orang-orang keturunan bawahan para sultan yang menguasai daerah-daerah kecil di
bawah kerajaan. Biasanya mereka bergelar Teuku. Sedangkan para ulama atau
pemuka agama lazim disebut Teungku atau Tengku.
5.
Kesenian
Corak
kesenian Aceh memang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam, namun telah
diolah dan disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang berlaku. Seni tari yang
terkenal dari Aceh antara lain seudati, seudati inong, dan seudati tunang. Seni
lain yang dikembangkan adalah seni kaligrafi Arab, seperti yang banyak terlihat
pada berbagai ukiran mesjid, rumah adat, alat upacara, perhiasan, dan
sebagainnya. Selain itu berkembang seni sastra dalam bentuk hikayat yang
bernafaskan Islam, seperti Hikayat Perang Sabil.
Bentuk-bentuk
kesenian Aneuk Jamee berasal dari dua budaya yang berasimilasi. Orang Aneuk
Jamee mengenal kesenian seudati, dabus (dabuih), dan ratoh yang memadukan unsur
tari, musik, dan seni suara. Selain itu dikenal kaba, yaitu seni bercerita
tentang seorang tokoh yang dibumbui dengan dongeng.
Suatu
unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan masyarakat Gayo adalah
kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami kemandekan bahkan cenderung
berkembang. Bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tari saman dan seni
teater yang disebut didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi, bentuk-bentuk
kesenian ini mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus sebagai
sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat. Di
samping itu ada pula bentuk kesenian bines, guru didong, dan melengkap (seni
berpidato berdasarkan adat), yang juga tidak terlupakan dari masa ke masa.
6.
Rumah Adat
Rumah
adat Aceh dinamakan Rumoh Aceh. Rumah adat Aceh dibuat dari kayu meranti dan
berbentuk panggung. Mempunyai 3 serambi yaitu Seuramoe Keu (serambi depan),
Seuramoe Inong (serambi tengah) dan Seuramoe Likot (serambi belakang). Selain
itu ada pula rumah adat berupa lumbung padi yang dinamakan Krong Pade atau
Berandang.
7.
Suku
Suku
dan marga yang terdapat di Aceh antara lain : Aceh, Alas, Tamiang, Gayo, Ulu
Singkil, Simelu, Jamee, Kluet, dan lain-lain.
8.
Lagu Daerah
Bungong
Jeumpa, Piso Surit.
No comments:
Post a Comment